Senin, 28 November 2011

MIN TANJUNGANOM

VISI

"Terwujudnya Lembaga Pendidikan Islami Berkualitas, Unggul dalam Ilmu, Amal, Taqwa, Disiplin, Berdaya Saing dan Berakhlak Mulia”


MISI

@ Meningkatkan pelayanan pendidikan dengan mengacu pada standar kurikulum tingkat dasar
@ Meningkatkan prestasi dan inovasi dalam pembelajaran
@ Meningkatkan pelaksanaan pendidikan dengan ciri khas agama Islam
@ Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya pendidikan dengan penerapan MBS

MIN Tanjunganom merupakan Madrasah Ibtidaiyah Negeri dibawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Nganjuk dengan ciri khas Agama Islam.

Rabu, 09 November 2011

Metode Pembelajaran Harus Tepat


Dalam era globalisasi informasi dan teknologi sekarang ini, salah satu prioritas pembangunan ditujukan kepada upaya peningkatan mutu (Sumber Daya Manusia) SDM. Tuntutan ini kian mendesak bila dikaitkan dengan situasi dan perkembangan dunia yang semakin mengglobal saat ini. Untuk menghadapi hal ini hanya mungkin dicapai melalui peningkatan mutu sumber daya manusia yang tinggi. Sejalan dengan upaya tersebut, maka sektor pendidikan memainkan peranan penting, oleh karena itu kualitas pendidikan pada setiap jenjang harus terus ditingkatkan.
“Pendidikan merupakan sebuah proses sekaligus sistem yang bermuara pada pencapaian tujuan tertentu yang dinilai dan diyakini sebagai yang paling ideal”.[1] Bagi bangsa Indonesia tujuan yang paling ideal yang ingin dicapai melalui proses dan sistem pendidikan nasional ialah sebagaimana yang telah dituangkan dalam Undang – undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 :
Pendidikan nasional ... bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[2]

Tujuan pendidikan sebagaimana yang dituangkan dalam Undang–Undang diatas menjalankan tiga fungsi yang semuanya bersifat normatif. Menurut Hasan Langgulung ketiga fungsi tersebut adalah:
Pertama, tujuan itu menentukan haluan bagi proses pendidikan. Kedua, tujuan itu bukan hanya menentukan haluan yang dituju tetapi juga sekaligus memberikan rangsangan... Dan akhir sekali, tujuan itu mepunyai fungsi untuk menjadi kriteria dalam menilai proses pendidikan.[3]

Pada umumnya segala kegiatan pasti berpegang pada ukuran norma atau nilai yang diyakini sebagai sesuatu yang baik, demikian halnya dalam dunia pendidikan. Sudah menjadi suatu kesepakatan bersama bagi bangsa Indonesia bahwa pancasila dijadikan sebagai falsafah bangsa. Untuk itu sudah sewajarnya pancasila juga dijadikan pedoman pendidikan nasional yang akan dapat melestarikan nilai–nilai budaya bangsa yang religius serta UUD 1945 sebagai acuan pelaksanaan pendidikan nasional, sebagaimana dijelaskan dalam Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 2 yang berbunyi :
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasula dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai – nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.[4]
Terkait dengan peningkatan mutu pendidikan, maka harus didukung oleh berbagai pihak yang bertanggung jawab dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan pendidikan formal seperti sekolah yang berperan dominan di dalamnya adalah seorang guru. Guru haruslah seorang yang mempunyai perhatian intelektual yang luas dan tidak kunjung padam.”[5] Ini artinya bahwa para guru hendaknya dapat melihat lebih banyak lagi, memikir lebih banyak lagi, dan memikir lebih banyak dari pada orang-orang lain di masyarakat tempat ia hidup.
Kegagalan mengajar tetap merupakan kegagalan, apapun sebabnya. Kalau anak tidak belajar dengan baik, tentu ada kekurangannya dalam hal mengajar. Seorang guru hendaknya tidak hanya menggunakan satu metode saja dalam mengajar. Mengingat penggunaan metode secara bervariasi dapat menghidupkan dan meningkatkan perhatian siswa dalam memahami pelajaran. Sehingga dapat dipahami bahwa “dengan menggunakan metode yang tepat, bahan pelajaran akan dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik yang pada gilirannya tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.”[6]
Akhlak yang baik harus ditanamkan kepada anak didik sejak dini dan diupayakan agar ia terhindar dari akhlak yang tercela. Karena pentingnya masalah akhlak ini sehingga tidak mengherankan jika kemudian dikaitkan dengan aqidah, karena secara substansial akhlak muncul dari aqidah. Tanpa memiliki aqidah yang kuat, seseorang akan mudah tertipu oleh hal-hal yang merugikan dirinya. Sehingga untuk merealisasikannya, dalam lingkungan sekolah semacam madrasah tsanawiyah terdapat bidang studi Aqidah Akhlak.
Berpijak dari pernyataan diatas, maka kemampuan guru untuk menggunakan metode yang tepat dalam mengajar akan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Sedangkan mengingat metode mengajar jumlahnya relatif banyak, tentu saja penggunaannya disesuaikan dengan tujuan apa yang akan dicapai serta sifat dari materi yang akan diberikan. Penggunaan metode yang tepat ini juga bukan ditentukan oleh banyaknya metode atau macamnya metode mengajar yang digunakan.
Mengingat penggunaan metode secara bervariasi dapat menghidupkan dan meningkatkan perhatian pada pelajaran serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan, maka seorang guru hendaknya tidak selalu menaruh kepercayaan pada pemakaian satu macam metode mengajar saja. Guru yang terlalu simpatik terhadap penggunaan satu jenis metode dapat membawa dampak negatif terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar bahkan dapat berakibat gagalnya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan. Seorang guru dalam mengajar hanya menggunakan metode ceramah saja, misalnya maka siswa akan cenderung bersikap pasif dan mudah bosan. Akibatnya perhatian mereka terhadap proses belajar mengajar tidak dapat berjalan lancar. “Metode mengajar yang baik adalah metode mangajar yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar mengajar siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi”[7].
Seorang guru harus mampu memilih metode mengajar yang sesuai, dapat memenuhi beberapa persyaratan dan ketentuan demi tercapainya tujuan pendidikan, juga harus memperhatikan respon balik dari siswa. Sehingga akan dapat diketahui kemampuan siswa serta kesesuaian metode dengan materi dan keinginan siswa. “Keberhasilan dalam melaksanakan suatu pengajaran sebagian besar ditentukan oleh pilihan bahan dan pemakaian metode yang tepat”.[8]
Sehingga dari sini akan semakin jelas bahwa keberhasilan proses pendidikan sebagian besar dipengaruhi oleh cara pengajarannya. Sedangkan ciri proses belajar mengajar yang berhasil, salah satunya adalah dilihat dari kadar kegiatan belajar siswa. “ Makin tinggi kegiatan belajar siswa makin tinggi pula peluang berhasilnya pengajaran. Ini berarti kegiatan mengajar harus merangsang siswa melakukan berbagai kegiatan belajar ”[9], sehingga dalam hal ini besar sekali harapan terhadap peran seorang guru dalam meningkatkan mutu pengajarannya menuju peningkatan mutu pendidikan dan kemajuan bangsa. Akan tetapi harapan itu tentu harus didukung dengan fasilitas dan perhatian yang secukupnya terhadap fasilitas dan sarana penunjang yang ikut serta di dalam menentukan keberhasilan proses pendidikan tersebut. Sehingga para pengajar dapat mengkonsentrasikan perhatian untuk mengembangkan ketrampilan dan keilmuannya sesuai dengan profesinya sebagai tenaga pengajar.

Rabu, 02 November 2011

Penilaian Berbasis Kelas


Penilaian Berbasis Kelas

A. Standar Kompetensi
1. Peserta memahami bentuk dan aspek PBK sesuai dengan indikator,
2. Peserta memahami instrumen penilaian untuk berbagai bentuk penilaian berbasis kelas beserta rubriknya.

B. Kompetensi Dasar
1. Peserta mampu menentukan bentuk dan aspek PBK sesuai dengan indikator
2. Peserta mampu menyusun instrumen penilaian untuk berbagai bentuk penilaian berbasis kelas beserta rubriknya.

C. Indikator
1. Peserta memilki dokumen instrumen PBK untuk tes tulis, sikap, produk, dan portofolio
2. Peserta memilki dokumen rubrik PBK untuk tes tulis, sikap, produk, dan portofolio.

D. Metode Pelatihan
  1. Presentasi
  2. Diskusi/brainstorming
  3. Drill
E. Strategi Pelatihan
1. Partisipatif
2. Dinamika kelompok


F. Materi Pokok
  1. Bentuk dan aspek PBK
  2. Penyusunan instrumen PBK
  3. Penyusunan rubrik PBK

G. Kelengkapan Bahan Pelatihan
1. Lembaran uraian materi
2. Lembar Power Point
3. ATK; spidol berwarna, isolatif-perekat, kertas HVS, kertas manila
4. Silabus

H. Lembar Kerja Peserta
1. Form isian bentuk dan aspek PBK
2. Form instrumen PBK
3. Form rubrik PBK

I. Bahan Narasumber
1. Makalah/handout
2. Slide presentasi

J. Jadwal Pelatihan
No
Waktu
JP
Materi/Kegiatan
1
07.00-08.00
-
Pembukaan-Pretest
2
08.00-09.40
2
Presentasi bentuk dan PBK
3
09.40-10.00
-
Coffee Break
4
10.00-11.40
2
Presentasi teknik penyusunan dan rubrik PBK
5
11.40-12.40
-
Ishoma
6
12.40-14.20
2
Workshop penyusunan instrumen PBK
7
14.20-16.00
2
Workshop penyusunan rubrik PBK
8
16.00-16.30
-
Post test – Penutupan
9
Jumlah
8
1 JP sama dengan 50 menit





MIND MAP


A.      Latar Belakang
Pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Penerapan desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah dengan diberikannya wewenang kepada sekolah untuk menyusun kurikulum. Hal itu juga mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta Pasal 35 tentang standar nasional pendidikan. Selain itu, juga adanya tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan yang memacu keberhasilan pendidikan nasional agar dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara maju.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bukti nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada sekolah untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk menyesuaikan program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) belajar untuk memahami dan menghayati; (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan sekolah menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, daerah dan/atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan PBM. 
Program pelatihan guru yang menjadi salah sub komponen peningkatan mutu madrasah proyek Madrasah Education Development Project (MEDP) dapat menjadi titik tolak melaksanakan keinginan di atas. Melalui format in house training, para guru diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kompetensi profesi dan paedagogiknya.
Bu Kepala Bernyanyi satu-satu untuk menghangatkan suasana

Habis Nyanyi kerja lagi

Senam refleksi

Kelompok paling panas

PENGEMBANGAN PAKEM PROGRAM MEDP MIN TANJUNGANOM

Jangan lupa berdo'a sebelum makan bu....!
Guru sebagai pengelola kelas merupakan orang yang mempunyai peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa, orang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul.
Guru dalam melakukan tugas mengajar di suatu kelas, perlu merencanakan dan menentukan pengelolaan kelas yang bagaimana yang perlu dilakukan dengan memperhatikan kondisi kemampuan belajar siswa serta materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas tersebut. Menyusun strategi untuk mengantisipasi apabila hambatan dan tantangan muncul agar proses belajar mengajar tetap dapat berjalan dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Pengelolaan kelas akan menjadi sederhana untuk dilakukan apabila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan guru mengetahui bahwa gaya kepemimpinan situasional akan sangat bermanfaat bagi guru dalam melakukan tugas mengajarnya.
Dengan demikian pengelolaan kelas tidak dapat terlepas dari motivasi kerja guru, karena dengan motivasi kerja guru ini akan terlihat sejauhmana motif dan motivasi guru untuk melakukan pengelolaan kelas, sedangkan dengan gaya kepemimpinan guru yang tepat yang digunakan dalam pengelolaan kelas akan mengoptimalkan dan memaksimalkan keberhasilanpengelolaan kelas tersebut.
Khusu' dalam hukuman
Ustadz Idam sedang memberi fatwa
Dengerin materinya baik-baik, biar benar-benar PAKEM


Ustadzah ber-Rihlah mengkondisikan model siswa
Expresikan aksimu....




Dilarang mencontek


Senin, 31 Oktober 2011

Pengaruh Pupuk Terhadap Tanaman


PENDAHULUAN

Teknologi di bidang pemupukan merupakan salah satu faktor penentu didalam upaya meningkatkan produksi pangan. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi di bidang pemupukan serta terjadinya perubahan status hara didalam tanah maka rekomendasi pemupukan yang telah ada perlu dikaji lagi dan disempurnakan.

Rusadhi (1987) mengatakan bahwa sebagai akibat dari sistem pertanian yang sangat intensif sejak Pelita I maka beberapa lahan pertanian di Jawa dan Bali mengalami kekurangan unsur makro (K dan S) maupun mikro (Zn dan Cu). Hasil penelitian Merit (1984 dalaM Rachim et al., 2000) diketahui bahwa beberapa lahan sawah di Kabupaten Badung mengalami kekurangan unsur K sedangkan hasil penelitian Nurhaeni (1998) diketahui bahwa lahan sawah di daerah Kerambitan, Tabanan mengandung N, P, K dan bahan organik yang rendah. Subadiyasa (1985) mendapatkan bahwa beberapa lahan sawah di Bali khususnya lahan sawah intensifikasi mengalami kekurangan unsur Zn. Go Ban Hong (1998) menyatakan bahwa tanah pertanian di Indonesia dewasa ini sebagian besar merupakan tanah pertanian yang sudah lapar,

sifat fisik, kimia dan biologi tanah semakin merosot. Bila kondisi seperti ini tidak segera diatasi maka dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama lahan-lahan tersebut tidak mampu lagi berproduksi secara optimal dan berkelanjutan.

Pada kondisi lahan seperti tersebut di atas maka untuk dapat meningkatkan produksi padi, petani dituntut memberikan masukan pupuk dalam jumlah yang relative lebih banyak. Namun pemerintah telah menghapuskan subsidi pupuk secara menyeluruh pada tahun 1999. Hal ini mengakibatkan harga pupuk Urea, SP.36, KCl melambung tinggi sehingga sangat memberatkan petani. Kondisi seperti ini perlu segera dicarikan jalan keluarnya, antara lain dengan mencoba menyertakan pupuk alternatif yang diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk, seperti Urea, SP.36 dan KCl sampai 50% dari anjuran BIMAS.

Pupuk alternatif itu selain dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi juga diharapkan dapat memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah serta tidak mencemari lingkungan. Pupuk alternatif dimaksud antara lain Floran, Greener dan Dekorgan, berupa pupuk organik cair yang mengandung hara makro dan mikro lengkap dan berimbang serta mengandung asam amino, protein, hormon/enzim. Penyertaan pupuk organik cair ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dan hasil padi. Terpilihnya Kecamatan Selemadeg dalam penelitian ini karena daerah ini merupakan sentra produksi padi yang paling luas di Kabupaten Tabanan dengan menerapkan sistem pertanian yang cukup intensif.


Peranan unsur-unsur pupuk bagi Tanaman Padi

Pertumbuhan dan produksi tanaman padi merupakan hasil akhir dari proses fotosintesis dan berbagai fisiologi lainnya. Proses fotosintesis sebagai proses awal kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi dan fisika yang mengkonversi energi surya (matahari) dalam bentuk gelombang elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut direduksi/ dirombak menjadi energi kinetik dan energi termal melalui proses respirasi, untuk memenuhi kebutuhan internal tanaman. Sedangkan bagian lainnya direformasi menjadi beberapa jenis senyawa organik, termasuk asam amino, protein dan lain-lain melalui beberapa proses metabolisme tanaman.

Selain radiasi surya, proses fotosintesis bulir padi sangat ditentukan oleh ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan suhu udara. Sedangkan proses respirasi dan beberapa proses metabolisme tanaman secara signifikan dipengaruhi oleh suhu udara dan beberapa unsur pupuk lain. Proses transpirasi yang menguapkan air dari jaringan tanaman ke atmosfer merealisasikan proses dinamisasi dan translokasi energi panas, air, hara dan berbagai senyawa lainnya di dalam jaringan tanaman. Secara fisika, proses transpirasi tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air tanah (kelembaban udara), radiasi surya, kelembaban nisbi dan angin.

Selain proses metabolisme, proses pembungaan, pengisian biji dan pematangan biji atau buah tanaman padi juga sangat dipengaruhi oleh radiasi surya (intensitas dan lama penyinaran), suhu udara dan kelembaban nisbi serta angin. Oleh sebab itu, produkstivitas dan mutu hasil tanaman padi yang banyak ditentukan pada fase pengisian dan pematangan biji atau buah sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur pupuk dan cuaca, terutama radiasi surya dan suhu udara.


PENGARUH PUPUK TERHADAP TANAMAN PADI

TUGAS :

1. Mengidentifikasi Variabel

Variabel adalah konsep yang apabila diukur akan mempunyai bermacam-macam nilai.

Judul penelitian :

variabel “Pengaruh Pupuk Terhadap Tanaman Padi “

a. Variabel bebas

Adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas pada penelitian tersebut adalah “ Pupuk ”

b. Variabel Terikat

Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Pada penelitian tersebut adalah “ Tanaman Padi ”

2. Menentukan variabel secara operasional

Menentukan variabel secara operasional Adalah definisi masing-masing variabel atau definisi secara keseluruhan.

Bahwa pupuk adalah suatu hal yang harus kita terima untuk prose pertanian agar menjadi lebih baik/subur tanaman. Suatu tumbuhan sangat tergantung kepada pupuk karena dengan adanya pupuk maka tumbuhan dapat maksimal dalam perkembangannya.

Berikut ini adalah definisi operasional variabel dari penelitian “ Pengaruh Pupuk Terhadap Tanaman Padi ”

a. Variabel bebas

Pupuk merupakan material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.

b. Variabel terikat

Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.

3. Menjelaskan hubungan / Kaitan antar variabel

Pada penelitian “ Pengaruh pupuk terhadap tanaman padi ” terdapat 2 variabel yaitu :

Variable 1 : Pupuk

Variable 2 : Tanaman Padi

Kaitan antara vaiabel 1 dan 2 yaitu : pupuk mempengaruhi perkembangan tanaman padi, baik tinggi, berat, jumlah batang.dll

4. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementera dari permasalahan yang diambil.

Yaitu ada pengaruh pupuk terhadap tanaman padi.

5. Merancang prosedur dan melaksanakan eksperimen untuk mengumpulkan data

Berisi rancangan langkah-langkah pelaksanaan eksperimen. Adapun rancangan prosedur dan pelaksanaan eksperimen pada penelitian “ Pengaruh Pupuk terhadap Tanaman Padi ” adalah sebagai berikut :

a. Alat dan bahan

1. Tanah sawah

2. Tabanan, bibit padiVarietas IR 64

3. Pupuk Urea, SP.36, KCl masing-masingsebagai sumber unsur N, P, K, pupuk alternatif (Floran,Greener dan Dekorgan)

4. Pestisida Regant.

5. Pot plastik ukuran 4 gallon,

6. Semprotan kecil

7. Meteran

8. Gelas ukur

9. Timbangan

10. Alat-alat tulis.

b. Pelaksanaan penelitian

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

alokasi perlakuan secara faktorial yangdiulang 3 kali. Ada 2 faktor yang dicoba, yakni:

Faktor pertama

adalah dosis pupuk N, P, K (F), terdiri atas 4 taraf, yaitu: F1 = 300 kg Urea, 75 kg SP.36, 50 kg KCl per hektar (1,2 g Urea, 0,3 g SP.36, 0,2 g KCl per pot),F2 = 250 kg Urea, 50 kg SP.36, 25 kg KCl per hektar(1,0 g Urea, 0,2 g SP.36, 0 g KCl per pot), F3 = 200 kg

Urea, 25 kg SP.36, 0 kg KCl per hektar (0,8 g Urea, 0,1 gSP.36, 0 g KCl per pot), F4 = 150 kg Urea, 0 kg SP.36, 0 kg KCl per hektar (0,6 Urea, 0 g SP.36, 0 g KCl per pot).

Faktor kedua

adalah jenis pupuk alternatif, terdiri dari 3 jenis, yaitu: Floran (Fr), Greener (Gn) dan Dekorgan (Dg) masing masing merupakan pupuk organik cair dengan dosis 3 liter per hektar atau dengan volume semprot 1,333 ml per pot (konsentrasi 3 ml per liter air). Kombinasi kedua faktor perlakuan sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan, masing-masing kombinasi diulang 3 kali sehingga dalam satu unit percobaan terdapat 36 pot.

6. Memproses / Menganalisis Data

Pelaksanaan percobaan meliputi pengambilan sampel tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman, pengamatan, panen dan analisis data. Percobaan dimulai dengan mengambil sampel tanah secara komposit pada kedalaman 0 – 30 cm kemudian dikeringudarakan. Setelah kering udara tanah diayak dengan ayakan 2 mm dicampur hingga homogen lalu ditimbang seberat 8 kg tanah untuk setiap pot (setara dengan kering mutlak atau 8,96 kg tanah kering udara). Pelumpuran tanah dilakukan seminggu sebelum tanam. Bibit yang ditanam berupa bibit padi Virietas IR 64 yang berumur 22 hari dengan jumlah 3 batang bibit per pot. Pupuk SP.36 diberikan sebelum tanam, dengan cara diaduk merata dengan tanah. Pupuk Urea diberikan setelah tanaman berumur 2 minggu sebanyak 50% dari dosis perlakuan, sisanya diberikan setelah tanaman berumur 6 minggu. Pupuk KCl diberikan setelah tanaman berumur 2 minggu sesuai dosis perlakuan . Pupuk alternatif diberikan pada umur tanaman, 3, 5 dan 7 minggu setelah tanam dengan cara disemprotkan pada waktu pagi hari antara pukul 08.00 – 09.00 Wita. Pemeliharaan tanaman meliputi menyiram tanaman, menyulam, menyiang serta penanggulangan hama dan penyakit. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 110 hari setelah tanam. Parameter yang diamati, antara lain: tinggi tanaman maksimum, jumlah batang maksimum, jumlah batang produktif, rata-rata jumlah gabah pada malai, berat gabah saat panen, persentase gabah hampa, berat 1000 butir gabah berisi, berat gabah kering giling, kadar N-total, P dan K- tersedia tanah.

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistika dengan sidik ragam sesuai dengan rancangan yang digunakan. Bila interaksi atau faktor tunggal berpengaruh nyata atau sangat nyata terhadap parameter yang diamati maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% terhadap nilai rata-ratanya. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara parameter yang diamati dilakukan analisis korelasi.

7. Menyajikan Hasil Penyelidikan / eksperimen dalam bentuk table / Grafik

I. Pengaruh dosis pupuk terhadap jenis pupuk alternatif terhadap tinggi tanaman maksimum,jumlah batang maksimum,jumlah batang produktif

a. Tinggi Tanaman Maksimum

Hasil analisis statistika menunjukkan pengaruh interaksi antara pemberian beberapa dosis pupuk (N, P, K) dan jenis pupuk alternatif terhadap tinggi tanaman maksimum tidak nyata (P > 0,05) demikian pula pengaruh masing-masing faktor tunggalnya. Pada perlakuan dosis pupuk (N,P,K) tinggi tanaman padi maksimum tertinggi terdapat pada F3 (108,78 cm) dan terendah pada F2 (105,89 cm). Tinggi tanaman maksimum tertinggi pada perlakuan pupuk alternatif, terdapat pada Dg (108,42 cm) dan terendah pada Gn

b. Jumlah Batang Maksimum

Pengaruh beberapa dosis pupuk (N,P,K) dan jenis pupuk alternatif terhadap tinggi tanaman maksimum, jumlah batang maksimum,jumlah batang produktif tanaman padi (Oryza sativa L.) interaksi antara pemberian beberapa dosis pupuk (N, P, K) dan jenis pupuk alternatif terhadap jumlah batang padi maksimum tidak nyata (P > 0,05) demikian pula pengaruh masing-masing faktor tunggalnya. Pada perlakuan dosis pupuk (N,P,K) jumlah batang padi maksimum tertinggi terdapat pada F2 (39,44 bt/pot) dan terendah F4 (36,56 bt/pot). Jumlah batang padi maksimum tertinggi pada perlakuan pupuk alternative terdapat pada Fr (39,83 bt/pot) dan terendah pada Gn ( tabel 1 )

c. Jumlah Batang Produktif

Hasil analisis statistika menunjukkan pengaruh interaksi antara pemberian beberapa dosis pupuk (N, P, K) dan jenis pupuk alternatif terhadap jumlah batang padi produktif tidak nyata (P > 0,05) demikian pula pengaruh perlakuan faktor tunggal pupuk alternatif. Sedangkan pengaruh perlakuan dosis pupuk (N,P,K) berpengaruh nyata (P<0,05). Tabel 1 menunjukkan perlakuan dosis pupuk (N,P,K) memberikan jumlah batang padi produktif tertinggi pada F2 (37,00 bt/pot)dan terendah pada F3 (30,56 bt/pot) Pada F2 terjadi peningkatan jumlah batang padi produktif sebesar 21,07% dibandingkan F3 . Jumlah batang padi produktif tertinggi pada perlakuan pupuk alternatif terdapat pada Fr (35,17 bt/pot) dan terendah pada Dg (Tabel 1)


Tabel 1 ( Pengaruh dosis pupuk terhadap jenis pupuk alternatif terhadap tinggi tanaman maksimum,jumlah batang maksimum,jumlah batang produktif )

Perlakuan

( dosis pupuk

N, P, K )

TInggi Tanaman Maksimum ( Cm )

Jumlah batang maksimum ( Bt/pot )

Jumlah batang maksimum ( Bt/pot )

F 1

107.67 a

39.00 a

34.77 a

F 2

105.89 a

39.44 a

37.00 a

F 3

108.78 a

37.11 a

30.56 b

F 4

106.78 a

36.56 a

33.67 ab

BNT 5 %

-

-

3.999

Jenis Pupuk Alternatif

Fr

106.83 a

39.03 a

35.17 a

Gn

106.58 a

37.25 a

34.42 a

Dg

108.42 a

37.75 a

32.42 a

BNT 5 %

-

-

-

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT 5 %

II. Pengaruh beberapa dosis pupuk (N,P,K) dan jenis pupuk alternatif terhadap rata-rata jumlah gabah pada malai, berat gabah saat panen dan persentase gabah hampa per pot tanaman padi (Oryza sativa L.)

a. Rata-rata jumlah gabah pada malai

Hasil analisis statistika menunjukkan pengaruh interaksi antara pemberian beberapa dosis pupuk (N, P, K) dan jenis pupuk alternatif terhadap rata-rata jumlah gabah pada malai tidak nyata (P > 0,05) demikian pula pengaruh masing-masing faktor tunggalnya. Pada perlakuan pupuk dosis pupuk (N,P,K) ratarata jumlah gabah pada malai tertinggi terdapat pada F2 (89,99 butir/malai) dan terendah F1 (88,70 butir/malai). Rata-rata jumlah gabah pada malai tertinggi pada perlakuan pupuk alternatif terdapat pada Gn (92,30 butir/malai) dan terendah pada Fr (Tabel 2)

b. Berat gabah saat panen

Hasil analisis statistika menunjukkan pengaruh interaksi antara pemberian beberapa dosis pupuk (N, P, K) dan jenis pupuk alternatif terhadap berat gabah saat panen tidak nyata (P > 0,05) demikian pula pengaruh masing-masing faktor tunggalnya. Pada perlakuan dosis pupuk (N,P,K) berat gabah saat panen tertinggi terdapat pada F2 (75,184 g/pot) dan terendah pada F3 (67,014 g/pot). Berat gabah saat panen tertinggi pada perlakuan pupuk alternatif, terdapat pada Dg (73,672 g/pot) dan terendah pada Fr (Tabel 2).

c. Persentase gabah hampa per pot

Hasil analisis statistika menunjukkan pengaruh interaksi antara pemberian beberapa dosis pupuk (N, P, K) dan jenis pupuk alternatif terhadap persentase gabah hampa per pot tidak nyata (P > 0,05) demikian pula

pengaruh masing-masing faktor tunggalnya. Pada perlakuan dosis pupuk (N,P,K) persentase gabah hampa per pot terendah terdapat pada F2 (20,82

%) dan terbanyak pada F3 (23,044 %). Persentase gabah hampa per pot terendah pada perlakuan pupuk alternative terdapat pada Dg (20,153 %) dan terbanyak terdapat pada Fr (Tabel 2). Berat 1000 butir gabah berisi Hasil analisis statistika menunjukkan pengaruh interaksi antara pemberian beberapa dosis pupuk (N, P, K) dan jenis pupuk alternatif terhadap berat 1000 butir gabah berisi tidak nyata (P > 0,05) demikian pula pengaruh masing-masing faktor tunggalnya. Pada perlakuan dosis pupuk (N,P,K) berat 1000 butir gabah berisi tertinggi terdapat pada F2 (22,907 g) dan terendah pada F4 (22,594 g). Berat 1000 butir gabah berisi tertinggi pada perlakuan pupuk alternatif, terdapat pada Gn (23,230 g) dan terendah pada Fr (Tabel 3).

d. Berat gabah kering giling

Hasil analisis statistika menunjukkan pengaruh interaksi antara pemberian beberapa dosis pupuk (N, P, K) dan jenis pupuk alternatif terhadap berat gabah kering giling tidak nyata (P > 0,05) demikian pula pengaruh

Table II ( Pengaruh beberapa dosis pupuk (N,P,K) dan jenis pupuk alternatif terhadap rata-rata jumlah gabah pada malai, berat gabah saat panen dan persentase gabah hampa per pot tanaman padi (Oryza sativa L.)

Perlakuan

( dosis pupuk

N, P, K )

Rata-rata jumlah gabah pada malai

Berat gabah saat panen ( g/pot )

Prosentase gabah hampa per pot ( % )

F 1

88.708 a

72.031 a

21.213 a

F 2

89.993 a

75.184 a

20.818 a

F 3

89.064 a

67.014 a

23.044 a

F 4

89.594 a

69.398 a

22.294 a

BNT 5 %

-

-

-

Jenis Pupuk Alternatif

Fr

106.83 a

39.03 a

35.17 a

Gn

106.58 a

37.25 a

34.42 a

Dg

108.42 a

37.75 a

32.42 a

BNT 5 %

-

-

-

Pembahasan

PEMBAHASAN

Interaksi antara dosis pupuk (N,P,K) dengan jenispupuk alternatif tidak mempengaruhi parameter yang diamati, demikian pula halnya pengaruh faktor tunggal jenis pupuk alternatif. Sedangkan perlakuan dosis pupuk

(N,P,K) menyebabkan peningkatan secara nyata terhadap jumlah batang padi produktif, kadar P dan K-tersedia tanah.

Analisis awal

Tanah penelitian diperoleh N-total (0,280 %) termasuk sedang, P dan K-tersedia masingmasing 3,92 ppm P2O5 dan 53,67 ppm K2O keduanya termasuk sangat rendah. Dengan kondisi tanah seperti ini kemudian diberikan perlakuan beberapa dosis pupuk (N,P,K) mengakibatkan jumlah batang padi produktif meningkat secara nyata (Tabel 1). Ini berarti pemberian pupuk (N,P,K) telah dapat menyediakan hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman padi. Jumlah batang padi produktif tertinggi dihasilkan oleh perlakuan F2 dan terendah pada F3 atau terjadi peningkatan 21,07 %. Hasil analisis korelasi menunjukkan jumlah batang padi maksimum dengan jumlah batang padi produktif berkorelasi positif sangat nyata (r = 0,767**) dan nyata (r = 0,627*) dengan kadar K-tersedia didalam tanah. Kenyataan ini menunjukkan bahwa unsur K berperan penting dalam pertumbuhan tanaman padi sehingga dapat menghasilkan batang produktif yang cukup banyak. Apalagi hasil analisis tanah awal diketahui kadar K sangat rendah, dengan diberikannya unsure ini berarti persediaannya didalam tanah mencukupi. Menurut Ahmad (1987), Rosmarkam & Yuwono (2002) unsur K berperan penting dalam meningkatkan turgor, meningkatkan kadar lignin dan selulosa serta sebagai aktivator enzim. Ismunadji et al. (1987) serta Rosmarkam & Yuwono (2002) menyatakan bahwa unsur K berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, aktivitas enzim. Selanjutnya De Datta (1981) menyatakan bahwa unsur K berperan penting dalam pembentukan anakan, meningkatkan ukuran dan berat biji. Perlakuan kombinasi F1Dg memberikan berat gabah kering giling tertinggi dan terendah pada perlakuan kombinasi F3Dg (Tabel 4) atau terjadi peningkatan sebesar 57,99 %. Hal ini berarti perlakuan F1 yang dikombinasikan dengan pupuk alternatif Dekorgan dapat menyediakan hara yang cukup serta dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman padi sehingga hasilnyapun terbanyak. Apalagi hasil analisis tanah awal menunjukkan kadar P dan K-tersedia didalam tanah

sangat rendah sehingga respon tanaman padi terhadap pupuk yang diberikan sangat baik. Djapa Winaya (1983) menyatakan bahwa pada tanah yang kurang subur respon tanaman terhadap pemupukan akan meningkat demikian pula sebaliknya. Analisis korelasi antara kadar P dan K-tersedia didalam tanah dengan persentase gabah hampa menunjukkan korelasi negatif. Korelasi antara berat gabah kering giling dengan gabah hampa kerkorelasi negatif nyata (r =-0,582*). Ini berarti dengan menurunnya gabah hampa menunjukkan tanaman padi respon terhadap pupuk P dan K. Fosfor yang diabsorpsi tanaman akan didistribusikan ke bagian sel hidup terutama pada bagian reproduktif tanaman, seperti merangsang perkembangan anakan, jumlah gabah per malai yang lebih banyak, pembungaan dan pembentukan biji (Sarief, 1986).Unsur K penting dalam translokasi asimilat sehingga

` Gabah yang terbentuk lebih besar, merangsang pengisianbiji sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman padi. Setyamidjaja (1988) mengatakan bahwa pemberian pupuk K pada tanaman padi dapat meningkatkan

kuantitas dan kualitas hasil padi. Selain Pupuk P dan K, pupuk alternatif Dekorgan mungkin dapat membantu proses metabolisme sel, pembentukan enzim dan proses fisiologi tanaman sehingga dapat memberikan berat gabah kering giling yang tinggi. Menurut Rachim etal., (2000) bahwa untuk pertumbuhannya, tanaman padi memerlukan selain unsur makro yang cukup dan berimbang juga memerlukan unsur mikro. Perlakuan dosis pupuk (N,P,K) pada taraf F2 memberikan berat gabah kering giling terbaik, hal ini didukung oleh jumlah batang padi produktif, berat gabah saat panen dan berat 1000 butir gabah berisi tertinggi disertai semakin sedikitnya persentase gabah hampa serta disertai kadar P tersedia didalam tanah yang tinggi (Tabel 1, 2, 3 dan 5). Terdapat korelasi positif nyata sampai sangat nyata antara berat gabah kering giling dengan jumlah batang produktif (r = 0,666*) dan berat 1000 butir gabah berisi (r = 0,694*). Ini berarti dengan semakin banyak batang padi yang menghasilkan malai dan gabah berisi maka semakin banyak atau berat gabah

yang dihasilkan. Perlakuan F2 memberikan kadar P-tersedia didalam tanah tertinggi (10,18 ppm) dan terendah pada perlakuan F4 (9,10 ppm) serta berbeda nyata satu sama lainnya, (Tabel 1). Kadar P tersedia pada perlakuan F2 lebih tinggi 19,65 % dibanding kadar P tersedia tanah awal,penelitian. Hal ini sebagai akibat dari unsur P yang keberadaannya didalam tanah relatif stabil. Kadar K didalam tanah pada saat pengisian biji tertinggi didapat pada F1 (44,053 ppm) dan terendah pada F4 (38,076 ppm) serta berbeda nyata satu sama lain (Tabel 1). Kadar K tersedia saat pengisian biji mengalami penurunan bila dibandingkan kadar K tersedia awal penelitian. Hal ini kemungkinan K tersedia pada saat pengisin biji dapat diserap tanaman dengan baik. Selain itu jumlah K yang diambil dari tanah oleh tanaman lebih tinggi dibandingkan P (Osman, 1996) sehingga dengan pemberian K yang cukup akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.

8. Menarik kesimpulan

Interaksi antara perlakuan dosis pupuk (N,P,K) dengan jenis pupuk alternatif terhadap parameter yang diamati tidak berpengaruh nyata (P>0,05), demikian

pula perlakuan pupuk alternatif sebagai faktor tunggal. Sedangkan dosis pupuk (N,P,K) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah batang padi produktif dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar P dan K-tersedia pada saat pengisian biji (umur 8 minggu setelah tanam) Pemberian dosis pupuk (250 kg Urea, 50 kg SP.36, 25 kg KCl) per hektar memberikan kadar P-tersedia didalam tanah pada umur 8 minggu setelah tanam (10,178 ppm) atau meningkat 11,94 % dibandingkan dengan perlakuan pupuk (150 kg Urea, 0 kg SP.36, 0 kg KCl) per hektar. Kadar K tersedia didalam tanah saat padi berumur 8 minggu setelah tanam tertinggi (44,053 ppm) pada perlakuan pupuk (300 kg Urea, 75 kg SP.36, 50 kg KCl) per hektar atau meningkat 15,69 % dibandingkan dengan dosis (150 kg Urea, 0 kg SP.36, 0 kg KCl) per hektar.

Perlakuan kombinasi dosis pupuk (300 kg Urea, 75 kg SP.36, 50 kg KCl) per hektar dengan pupuk alternative Dekorgen (3 liter per hektar) memberikan berat gabah kering giling tertinggi (65,69 g/pot) atau lebih tinggi 59,99 % dibandingkan perlakuan kombinasi antara pupuk (150 kg Urea, 0 kg SP.36, 0 kg KCl) per hektar dengan pupuk Dekorgan (3 liter per hektar).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. S. 1987. Pengaruh Pupuk Kaliumterhadap Peningkatan Produksi dan Pelestarian Swasembada Pangan di Jawa Barat. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. Hal. 3-4. Bandung.157 hal.

De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. A Wiley Inter Science Publications.

John Wiley and Sons. New York. Brisbane. Toronto. 616 p.

Djapa Winaya, P.D. 1983. Pengantar Ilmu Kesuburan Tanah. Bagian Ilmu Tanah dan Kesuburan,Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.Denpasar. 208 hal.

Go Ban Hong. 1998. Uraian Go Ban Hong pada Pertemuan Empat Menteri Reformasi. Berita HITI. Vol. 6, No. 17. Bogor.

Ismunadji, M., S., Partohardjono, & Sastijati. 1987.Peranan Kalium dalam Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan. Lembaga Penelitian Hortikultura. Jakarta. 21 hal.

Nurhaeni, R. F. 1998. Evakuasi Status Kemampuan Kesuburan Tanah di Kecamatan Kerambitan. Skripsi. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar. 51 hal.

Osman, F. 1996. Memupuk Padi dan Palawija. P.T.Penebar Swadaya. Jakarta. 87 h.

Rachim, A., A. A. N. Supadma, & Engkus. 2000. Uji Adaptasi Penggunaan Pupuk Alternatif pada Lahan Sawah di Bali. BPTP. Denpasar. 24 hal

Rosmarkam, A. & N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 224 hal.

Rusadhi, A. 1987. Pengujian Pengaruh Pemupukan Berimbang pada Tanaman Padi dan Palawija.

Dirjen Pertanian Tanaman Pangan. Bogor. Hal. 21-23.

Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.

Setyamidjaja, D. 1988. Pupuk dan Pemupukan. Simpex. Jakarta. 122 hal.

Subadiyasa, N. N. 1985. Pengaruh Zn pada Tiga Taraf Pemupukan N,P,K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Tanah Sawah Aluvial Bali.

Fak. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Bogor. Hal. 8-10.

www. google.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops